This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 15 Desember 2017

Pemahaman dan memori untuk teks



“PEMAHAMAN DAN MEMORI UNTUK TEKS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
5
Daniella Precylia        (16-050)
Peby
Octora                (16-085)
Cahaya
Mendrofa      (16-090)
RH Debora S               (16-097)
Iskandar                       (16-)
PSIKOLOGI KOGNITIF 
KELAS B


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah yang berjudul tentang “Pemahaman dan memori untuk teks” ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dosen dan teman-teman sesama anggota kelompok 10 dalam materi maupun pemikirannya.
    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Medan,September 2017


                                                                                                Kelompok 10







DAFTAR ISI

. 8





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Mungkin merupakan hal yang sulit untuk memunculkan satu dari beberapa kemampuan kognitif sebagai kemampuan yang paling penting,tetapi jika kita harus membuat pilihan,pemahaman yang akan kita pilih.Seberapa banyak yang kita pelajari tergantung pada kemampuan kita untuk memahami hal-hal yang tertulis.maka,tulisan yang memberikan pemahaman cukup menarik perhatian.
      Satu metode untuk mempelajari tingkat pemahaman adalah mengukur kecepatan membaca.kita semua menyesuaikan kecepatan membaca kita untuk memenuhi beragam tuntutan untuk memahami sesuatu.dalam hal ini dua komponen penting yang mempengaruhi pemahaman adalah pembacanya dan teksnya.
Dalam beberapa bagian makalah ini akan menekankan pada pembaca teks,dan interaksi pembaca dan teks.beberapa bagian tersebut akan menggambarkan bagaimana pengetahuan pembaca memengaruhi pemahaman dan memunculkan kembali ide-ide dalam tulisan,lalu mengenai cara pengorganisasian ide-ide dalam tulisan mempengaruhi pemahaman,dan juga akan dibahas mengenai model khusus tentang cara bagaimana pemahaman dapat terjadi atau muncul dan model tersebut  mungkin dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mengukur dan meningkatkan kemampuan membaca tulisan.

1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemahaman dapat terjadi?
2.Apa metode yang digunakan untuk mempelajari tingkat pemahaman?
3. Bagaimana Pengetahuan pembaca mempengaruhi pemahaman?

1.3  Tujuan
1.Model Khusus yang digunakan meningkatkan kemampuan kita dalam   membaca tulisan.
2.Untuk mengetahui Pengaruh antara interaksi pembaca dan teks.
3.Untuk mengetahui bagaimana proses pemahaman dapat terjadi.
BAB II
ISI
2.1 Pengetahuan awal yang dimiliki Pembaca
Pengaruh Pengetahuan awal terhadap pemahaman dan pemanggilan kembali ke ide-ide digambarkan secara dramatis dalam studi awal  yang dilakukan oleh Bransford dan Johnson (1973).Bransford dan Johnson (1973) bermaksud membuat jalan pintas untuk menyusun abstrak, yaitu pernyataan yang tidak umum. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memunculkan kembali ide,pengalaman anda mirip dengan pengalaman orang-orang yang berpartisipasi dalam eksperimen tersebut,kita hanya mampu mengemukakan kembali 3.6ide dari maksimal ide. Ide-ide tersebut dapat dibuat tidak terlalu abstrak dengan menunjukkan konteks yang tepat dan sesuai.
Bransford dan Johnson (973) menguji efek suatu konteks dengan membandingkan satu kelompok tanpa-kontkes dengan dta kelompok lain. Kelompok sebelum konteks melihat figur sebelum mereka membaca pesan tersebut. Mereka dapat mengemukakan kembali ide-idenya dengan rata-rata 8.0 .Kelompok setelah-konteks melihat figur langsung setelah selesai membaca pesan. Mereka hanya mampu mengemukakan kembali 3,6 gagasan-jumlah yang sama dengan kelompok tanpa-konteks.
Konteks lebih banyak berperan ketimbang petunjuk sederhana mengenai apa yang terjadi dalam pesan tersebut.Ketika pemanggilan ulang meningkat saat seseorang cukup melihat figur sebelum membaca pesannya, eksperimen tersebut memunculkan anggapan bahwa konteks meningkatkan pemahaman yang pada gilirannya meningkatkan pemanggilan kembali ide. Orang-orang dalam kelompok sebelum-konteks memberikan penilaian terhadap cerita singkat sebagai cerita yang mudah dipahami secara utuh, berkebalikan dengan kelompok setelah-konteks.Jika gagasan gagasan abstrak sulit untuk dipahami, maka kita cepat melupakannya dan menyajikan konteks  terhadap peningkatan pemanggilan ulang.
Cerita tentang balon merupakan satu contoh baru suatu konteks.Apa yang akan terjadi jika pembaca melihat cerita tersebut  sebagai suatu peristiwa yang familier dan mengaktifkan struktur skematik tertentu.
Perhatikan cerita pendek berikut ini :
Prosedurnya benar-benar sederhana.Pertama, susun beberapa benda ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda.Satu tumpukan saja cukup bergantung berapa banyak hal yang harus dikerjakan.Jika Anda memang harus pergi ke tempat lain karena tidak ada fasilitas, maka hal tersebut adalah langkah berikutnya.Sebaliknya, Anda menyusunnya dengan sangat baik.Merupakan hal yang penting untuk tidak melakukan suatu hal secara berlebihan.oleh karena itu, lebih baik melakukan sedikit hal pada saat bersamaan daripada banyak hal dalam waktu yang bersamaan.Dalam jangka pendek, hal ini mungkin tampak tidak penting, tetapi berbagai macam masalah dapat muncul dengan mudahnya, sebuah kesalahan dapat menjadi sangat mahal.Pertama, keseluruhan prosedur tersebut akan tampak rumit Lalu, walau bagaimanapun, hanya akan menjadi satu sisi lain kehidupan.Merupakan hal yang sulit untuk meramalkan hasil akhir dari kebutuhan tugas ini di masa depan akan tetapi tidak ada seorang pun yang dapat mengatakannya.Setelah p seles dijalankan, seseorang menyusun benda-benda tesebut ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda lagi, sehingga benda-benda tersebut dapat diletakkan di tempat yang sesuai.Akhirnya, benda-benda tersebut dapat digunakan sekali lagi dan seluruh rangkain lingkaran dapat diulang.
gagasan-gagasan ersebut disajikan sangat abstraks sehingga prosedur tersebut sulit untuk dipahami. Orang yang membaca cerita singkat tersebut mengalami banyak masalah untuk mengemukakan kembali ide-ide, sebagaimana orang-orang yang membaca cerita tentang balon.-mereka hanya dapat mengemukakan kembali 2.8 ide-ide dari jumlah maksimumnya, yaitu 18. Kelompok subjek berbeda yang diberi informasi setelah mengetahui bahwa cerita tersebut berkaitan dengan cara mencuci pakaian, mereka hanya mampu mengemukakan ulang ide sebanyak 2.7. Tetapi, subjek- subjek yang dikatakan kepada mereka bahwa cerita menggambarkan cara mencuci pakaian sebelum membaca ceritanya, mampu mengemukakan ulang ide yang ada sebanyak 5.8. Hasil ini tampak konsisten atau sejalan dengan hasil pada eksperimen cerita balon dan mengindikasikan bahwa latar belakang pengetahuan tidaklah mencukupi apabila orang tidak mampu mengenali konteksnya dengan tepat. Meskipun semua orang familier dengan prosedur yang digunakan dalam mencuci pakaian, mereka tidak mengenali prosedur tersebut karena ceritanya begitu abstrak. Penyajian konteks yang sesuai sebelum cerita, selanjutnya meningkatkan pemahaman dan pemanggilan ulang ide, sebagaimana yang terjadi dalam innmn cerita balon.
2.2 Pengaruhnya terhadap Pencarian Ulang
Kegagalan kelompok setelah konteks untuk memunculkan kembali lebih banyak gagasan dibandingkan kelompok tanpa konteks disebabkan karena sulitnya memahami materi apabila konteksnya tidak jelas.Bransford dan Johnson (1973) beranggapan bahwa jika orang pada awalnya telah memahami sebuah tulisan dan kemudian mencoba memikirkan gagasan-gagasannya dalam perspektif yang baru, maka mereka memanggil kembali gagasan-gagasan tambahan yang gagal mereka lakukan ketika mereka menggunakan perspektif yang lama. Sebuah penelitian oleh R. C. Anderson dan J. W. Pichet (1978) mendukung hipotesis bahwa pergantian perspektif dapat berhasil dalam memanggil kembali gagasan-gagasan tambahan. Para partisipan dalam studi mereka membaca tentang dua anak laki-laki yang bermain hooky dari sekolah. Cerita tersebut menyebutkan bahwa mereka pergi ke rumah salah seorang laki-laki karena tidak ada seorang pun di sekolah pada hari Kamis, Rumah tersebut merupakan rumah yang sangat bagus di atas lantai yang begitu menarik, sedikit jauh dari jalan. Akan tetapi, karena rumah itu adalah rumah tua, maka terdapat beberapa kerusakan-atap yang bocor dan ruang bawah tanah yang lembab. Keluarga tersebut merupakan keluarga yang cukup kaya dan memiliki beberapa barang berharga, seperti sepeda dengan 10 kecepatan, televisi berwarna, dan mengoleksi beberapa koin langka. Seluruh cerita berisikan 72 ide yang sebelumnya telah diberi nilai tingkat kepentingannya dari perspektif pencuri atau pembeli rumah. Sebagai contoh, atap yang bocor dan ruang bawah tanah yang lembab merupakan hal yang penting bagi pembeli rumah, sedangkan benda-benda berharga dan fakta bahwa biasanya tidak ada orang dirumah pada hari Kamis merupakan hal yang penting bagi pencuri.
Subjek yang membaca cerita antara dua perspektif tersebut, dan setelah jeda beberapa saat diminta untuk menuliskan kembali beberapa cerita sebanyak yang dapat mereka ingat. Setelah jeda sesaat berikutnya, mereka berusaha untuk memanggil kembali ide-ide dari cerita tersebut. Setengah dari mereka melakukannya dalam perspektif (perspective) yang sama dan separuhnya lagi melakukannya dalam perspektif yang baru Eksperimenter mengatakan kepada para subjek dalam kondisi perspektif yang sama bahwa tujuan dari studi tersebut adalah untuk menentukan apakah seseorang akan mampu mengingat hal-hal yang telah diajarkan kepada mereka dan melupakannya jika mereka diberi kesempatan kedua.Tujuan dari studi tersebut adalah untuk menentukan apakan orang-orang dapat mengingat hal-hal yang telah diajarkan kepada mereka dan jika mereka melihatnya dari perspektif sebagaimana yang telah diperkirakan, perspektif tersebut memengaruhi bentuk informasi yang dipanggil ulang selama periode pertama pemanggilan ulang. Kelompok yang memiliki perspektif pencuri lebih banyak memanggil ulang informasi-informasi pencuri dan kelompok yang memiliki perspektif pembeli lebih banyak memanggil informasi informasi berkaitan dengan pembeli rumah. Hasil pada usaha pemanggilan yang kedua mendukung bahwa perubahan dalam perspektif menghasilkan pemanggilan ulang informasi tambahan. Kelompok yang berganti perspektif memanggil ulang gagasan tambahan yang merupakan gagasan penting untuk perspektif yang baru -7 persen lebih banyak pada satu eksperimen dan 10 persen lebih banyak pada eksperimen lainnya.
2.3 Pengaruhnya terhadap Kegagalan Rekognisi dan Pemanggilan Ulang
Studi-studi sebelumnya mendukung pendapat bahwa pengetahuan pemahaman pencarian ulang atas suatu informasi dalam sebuah tulisan.Mengadopsi suatu perspektif dimungkinkan oleh seseorang untuk mencari ulang ide yang lebih konkret daripada yang perspektif awal untuk melakukan pemahaman.Latar belakang pengetahuan juga menjadi sumber proses mengingat menjadi lebih mudah, namun hal tersebut dapat diberikan dan kesalahan. Ketika kita sudah mengetahui sesuatu berkaitan dengan yang apa yang lebih banyak kita mungkin mengalami kesulitan membedakan antara yang kita baca dengan apa yang sudah kita ketahui.
Hubungan Tematik
Kesimpulannya, pengetahuan awal dapat memengaruhi pemahaman dan pemanggilan ulang memanggil ulang suatu tulisan dalam macam cara. Pengetahuan awal dapat membuat ide-ide abstrak tampak tidak terlalu abstrak dan mudah untuk dipahami. Pengetahuan awal juga dapat menentukan apa yang kita tekankan dalam sebuah tulisan dan dapat memberikan kerangka kerja untuk pemanggilan ulang ide-ide.Harga yang harus kita bayar untuk kelebihan ini adalah mungkin menjadi lebih sulit untuk menentukan atau menemukan sumber pengetahuan kiya jika apa yang kita baca berinteregasi kecil dengan apa yang sudah kita ketahui.
Pengorganisasian Teks
Pengetahuan awal pembaca dan pengorganisasian ide dalam sebuah tulisan itu sangat memengaruhi pemahaman.Bagian besar dari penelitian terhdap pemahaman tulisan adalah berkaitan dengan membaca cerita yang menggambarkan serangkaian peristiwa.Untuk memahami cerita tersebut, kita perlu mengorganisasikan informasi pada dua tingkat.Tingkat pertama yaitu koherensi global (global coherence) tentang peristiwa utama yang muncul sepanjang cerita atau dapat disebut integrasi dari ide utama yang terjadi dalam sebuah teks. Kita tetap perlu mempertahankan apa yang terjadi pada tokoh utama dan pada peristowa-perisiwa yang berkaitan dengan tujuan-tujuan yang dicapai. Dan Pada tingkat yang lebih detail, kita perlu menentukan koherensi local tentang peristiwa yang paling baru dalam cerita tersebut.Kita perlu mengintegrasikan ide-ide yang kita baca dengan ide-ide yang secara langsung mengawali ide-ide tersebut. Kemampuan kita untuk mengintegrasikan ide-ide pada tingkat local dan global akan sangat dipengaruhi oleh seberapa baik penulis mengorganisasikan tulisannya.
Kita mulai dengan melihat bagian yang berbeda dari suatu cerita dn pentingnya peranan tujun tersebut dalam mengorganisasikan kejadian utama dalam sebuah cerita (koherensi global). Kemudian, kita perlu melihat bagaimana hubungan sebab-akibat yang memberikan arti tntang pengorganisasian peristiwa di sekitar tujuan ini. Terakhir, kita melihat pada cara pembaca mengintegrasikan detail suatu certa untuk menentukan koherensi local (local coherence) dengan mengonstrak banyak jaringan semantic.
2.4 Struktur Cerita
Satu karakterisktik dari cerita narasi sederhana adalah bahwa struktur ceritanya menentukan bagaimana peristiwa-peristiwa dalam cerita tersebut diorganisasikan. Kia dapat mempelajari struktur ini pada tingkat yang sangat umum dengan menyajikan sebuah cerita yang terdiri atas sebuah latar,tema,plot,dan resolusi (Thorndyke,1977). Latar (setting) menggambarkan waktu,lokasi,dan tokoh utama. Tema (theme) menyajikan focus umum cerita dan sering kali meruakan tujuan yang ingin dicapai oleh tokoh utama. Plot terdiri atas serangkaian tindakan yang dilakukan tokoh utama untuk mencoba dan mencapai tujuan tersebut.Beberapa subtujuan atau tujuan menengah mungkin harus diselesaikan sebelum tujuan utama dicapai.Resolusi (resolution) merupakan hasil akhir dari cerita yang seringkali menggambarkan apakah karakter utama berhasil dalam mencapai tujuannya.Setiap komponen ini terdapat dalam cerita di bawah ini.
(1)   Pulau sirkel ada di pertengahan laut atlantik (2) di utara pulau Ronald. (3) Pekerjaan utama di pulau tersebut adalah pertanian dan peternakan. (4) Pulau sirkel memiliki tanah yang subur tetapi (5) sedikit sungai dan (6) karena itu sedikit air. (7) Pulau tersebut berjalan secara demokratis, (8) Semua masalah diputuskan oleh suara terbanyak penduduk pulau. (9) Badan pemerintahannya adalah senat (10) yang pekerjaannya adalah melaksanakan keinginan mayoritas. (11) Baru-baru ini,ilmuwan dari pulau tersebut menemukan  metode yang murah (12) dalam mengubah air garam menjadi air segar. (13) Sebagai hasilnya, petani pulau tersebut menginginkan (14) untuk membangun sebuah kanal yang melintasi pulau, (15) sehingga mereka dapat menggunakan air dari kanal tersebut (16) untuk mengolah wilayah pusat pulau tersebut. (17) Maka dari itu, para petani membentuk asosiasi prokanal (18) dan mendekati beberapa senator (19) untuk bergabung. (20) Asosiasi prokanal membawa ide pembangunan untuk devoting. (21) Semua penghuni pulau memilih. (22) Mayoritas memilih menyetujui pembangunan. (23) Senat,walau bagaimanapun, memutuskan bahwa(24) kanal yang diajuan para oetani tampak tidak ekologis. (25) Senator menyetujui(26) untuk membangun sebuah kanal kecil (27) yang sedang dipersiapkan para petani tampak tidak (zs) untuk (4) yang lebarnya 2kaki dan dalamnya l kaki. (28) Setelah memulai pembangunan kanal kecil, (29) para penghuni pulau menemukan bahwa (30) tidak akan ada air yang mengalir ke dalamnya. (31) Maka, proyek tersebut ditinggalkan. (32) Para petani menjadi marah,(33) karena kegagalan proyek kanal. (34) Terjadinya Perang saudara tidak dapat dielakkan. (Thorndyke, 1977, hlm, 80).

Latar digambarkan pada sepuluh pernyataan pertama yang menginformasikan kepada kita tentang lokasi dan tokoh utama.Enam pernyatan berikutnya menetapkan tema dan memperkenalkan tujuan pembangunan kanal yang melintasi pulau. Pernyataan ketujuh belas hingga tig puluh satu berisikan plot yang menggambarkan bagaimana para penghuni pulau berusaha untuk menyelesaikan tujuan tersebut, tetapi diganggu oleh senat. Tiga pernyataan terakhir mengabarkan resolusi akhir atau hasilnya.
Struktur dari cerita singkat ini sangat jelas.Berawal dari latar ke tema, ploy, dan resolusi.Unutk mengevaluasi seberapa bermanfaatnya penggunaan struktur tujuan cerita tersebut ke dalam memfasilitasi pemahaman, Throndyke memodifikasi cerita tersebut untuk membuat strukturnya agak tidak jelas. Satu modifikasi menempatkan tema di akhir cerita, sehingga oran tidak akan menemukan tujuannya sampai setelah mereka membaca plot dan resolusinya. Orang hanya membaca dan mendengar cerita tersebt sekali, jadi ketika khirnya mereka telah sampai pada informasi seputar tujuan, mereka harus menggunakan informasi tersebut untu menginterpretasikan apakah sebelumnya mereka pernah membaca tentang plotnya.Sebah modifikasi yang lebih ekstrim adalah degn menghapus seluruh pernyataan tentang tujuan.Orang lebih sedikit memanggil kembali informasi bila pernyataan tentang tujuan dimunculkan di akhir cerita dan tetap lebih sedikit informasi bila tujuan dihapus.
Hal penting yang orang tempatkan pada tujuan secara langsung diilustrasikan dalam sebuah studi dari beberapa skrip.Satu sisi dari pengetahuan kita yang terorganisasi adalah pengetahuan kita mengenai aktivitas-aktivitas umum (skrip-skrip).Bower, Black, dan Turner (1979) melakukan salah satu investigasi pertama tentang bagaimana pengetahuan seseorang mengenai bentuk kegiatan rutin dapat membantu mereka memahami dan mengingat informasi dalam suatu tulisan. Para peneliti tersebut pertama kali mengukur sampai sejauh mana orang sependapat tentang peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam kegiatan standar, seperti pergi ke restoran, menghadiri  kuliah,bangun pagi hari, pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari atau menemui dokter.Mereka meminta orang untuk membuat daftar 20 tindakan atau kejadian yang muncul selama aktivitas-aktivitas ini.Tabel 11.1 menggambarkan daftar-daftar tersebut secara teratur di mana peristiwa-peristiwa biasanya diingat.Semua peristiwa yang terdaftar di Tabel 11.1 dicatat oleh setidaknya 25 persen subjek.Aftar tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesamaan dalam tindakan yang muncul selama aktivitas rutin.
Kejadian khusus dalam sebuah skrip menyajikan sebuah kerangka kerja untuk pemahaman, tetapi kejadian-kejadian itu sendiri tidak menarik karena kita sudah mengetahuinya.Apa yang biasanya menarik adalah kemunculan suatu kejadian atau peristiwa yang berhubungan dengan skrip, dan tidak terduga sebelumnya. Sebagai contoh, seorang pelanggan mungkin membutuhkan bantuan untuk menerjemahkan sebuah menu yang menggunakan bahasa Prancis atau pelayannya menumpahkan sup ke konsumen.Schank dan Abelson (1977) merujuk beberapa kejadian sebagai rintangan (obstaces) karena kejadian-kejadian tersebut menginterupsi atau menyela tujuan utama dari skrip tersebut seperti memesan dan makan dalam kasus ini.

Bower dan para koleganya (1979) berhipotesis bahwa suatu bentukinterupsi semestinya akan diingat dengan lebih baik ketimbang kejadian- kejadian rutin yang ada dalam daftar skrip.Dari perspektif pembaca, interupsi interupsi hanyalah “titik” dari cerita. Para peneliti itu juga berhipotesis bahwa kejadian-kejadian yang tidak relevan dengan tujuan dari skrip akan lebih sedikit diingat dibandingkan kejadian-kejadian rutin di dalam skrip. Contoh, bentuk hasil cetakan menu atau warna rambut pelayan tidaklah relevan dengan tujuan memesan dan memakan daging.
2.5 Hubungan Sebab Akibat
Ketika sebuah tujuan dimasukkan ke dalam sebuah cerita, orang-orang menggunakan tujuan tersebut untuk membantu mereka mengorganisasikan tindakan yang digambarkan dalam cerita. Hubungan sebab akibat (causal relation) mengatakan bahwa suatu kejdian A dinilai sebagai penyebab kejadian lainnya,B, jika tidak adanya A berpengaruh pada tidak adanya B. Dengan kata lain, kita tidak dapat menyelesaikan tujuan kitajika seseorang membatasi atau mengilangkankejadian yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebuah variable penting dalam menentukan penilaian pentingnya suatu pernyataan dalam suatu cerita dalah banyaknya jaringan sebab akibat yang terhubung dengan pernyataan tersebut.Trabasso dan Sperry (1985) menemukan bahwa jika subjek memberi penilaian pentingnya suatu kejadian dalam cerita, maka penilaiannya pentingnya suatu tindakan secara langsung berkaitan dengan jumlah hubungan sebab akibat yang berkaitan dengan tindakan tersebut. Banyaknya hubungan sebab akibat juga penting untuk menentukan apakah seseorang akan dapat melakukan pemanggilan kembali dari suatu cerita dan menentukan apa yang akan mereka masukkan ke dalam ringkasan cerita tersebut (Trabasso & van den Broek, 1985). Sebagai tambahan, hubungan sebab akibat menentukan seberapa cepat seseorang dapat mencari ulang informasi suatu tulisan.
Myers dan rekannyamenemukan bahwa mahasiswa biasanya lebih cepat memutuskan apakah suatu tes kalimat benar atau salah jika mereka telah mempelajari enam pernyataan yang memiliki integrasi tinggi dibandingkan jika mereka mempelajari tiga pernyataan. Mahasiswa merespon dengan lebih lambat jika mereka  telah mempelajari enam fakta dari pada tiga fakta, maka itu ada pada kondisi integrasi rendah.
Eksperimen yang menunjukkan pentingnya tujuan dan hubungan sebab akibat dalam tulisan menggambarkan bahwa kontribusi keduanya terhadap koherensi global suatu tulisan. Sebelum mempertimbangkan sebuah model pemahaman, kita perlu menemukan bagaimana pengorganisasian ide-ide dalam tulisan menentukan seberapa baik pembaca dapat mengintegrasikan ide-ide tersebut.
2.6 Pengintegrasian Detail
Penentu penting tingkat kesulitan suatu pemahaman adalah apakah ide-ide tersebut ada pada kalimat sebelumnya ataukah itu ide yang baru ada. Huruf yang mengawali setiap kalimat menunukkan apakah informasi yang ada dalamkalimat tersebut merupakan informasi yang telah ada sebelumnya (g=given) atau informasi baru(n=new). Kalimat-kalimat tersebut diklasifikasikan sebagai “given” jika di dalamnya terkandung setidaknya satu kata benda (noun) yang muncul pada kalimat yang mendahuluinya.
Contoh 1:
n = semut memakan jelly
g = semut tersebut lapar
g = semut tersebut berada di dapur
g = dapur tersebut bersih
g = jelly tersebut memiliki rasa anggur
g = jelly tersebut ada di atas meja
g = mejanya terbuat dari kayu

Contoh 2 :
n = dapurnya bersih
n = mejanya terbuat dari kayu
n = semut tersebut lapar
g = semut tersebut berada di dapur
n = jelly tersebut memiliki rasa anggur
g = jelly tersebut ada diatas meja
g = semut memakan jelly

Kieras memprediksi bahwa ide-ide contoh 1 lebih mudah diintegrasikan dan dipanggil ulang daripada ide-ide contoh 2, dan hasil penelitian mendukung prediksinya.
Kalimat dibawah ini seharusnya mudah diintegrasikan karena kalimat pertama mengandung informasi relevan yang akan tetap berada dalam ingatan jangka panjang ketika pembaca menemui kalimat kedua.
  1. Sekumpulan asap tebal menggelayut di atas hutan. Hutan tersebut kebakaran.
Sekarang sisipkan kalimat kedua yang mengubah topiknya dan membuat informasi tentang asap yang ada dalam memori jangka panjang menjadi berkurang ketika pembaca mempelajari tentang api.
  1. Segumpalan asap hitam menggelayut diatas hutan. Melihat ke satu sisi, Carol akan mlihat seekor lebah terbang dibelakang kursi. Kedua anak tersebut berlompatan di sekitarnya, tetapi tidak berusaha membebaskan serangga tersebut. Hutan tersebut kebakaran.
Informasi yang disisipkan tidak berkaitan dengan kebakaran hutan dan akan membuat seseorang menjadi lebih sulit untuk memahami kalimat terakhir daripada kasus pertama. Perhatikan penyisipan dua kalimay yang sejalan dengan topic awalnya.
  1. Sekumpulan asap tebal menggelayut diatas hutan. Asap tersebut sangatlah tebal dan hitam, dan mulai memenuhi langit yang cerah. Mendongak ke atas, Carol akan dapat melihat penjaga hutan mengarahkan lalu lintas supaya melambat. Hutan tersebut kebakaran.
Suatu cara yang tidak begitu langsung di dalam mempertahankan informasi agar tetap berada dalam ingatan jangka pendek adalah dengan menghubungkan informasi tersebut dengan informasi lain yang menjadikannya terus mendapatkan penekanan di dalam tulisan tersebut (Glenberg, Meyer, & Linden, 1987).
Contoh informasi terkait dan terpisah
Kalimat latar : Warren mengahabiskan waktu berbelanja sore di sebuah took
Kritik (terkait) : ia mengambil tas dan pergi melihat beberapa buah syal
Kritik (terpisah) : ia meletakkan tas dan pergi melihat beberapa buah syal
Pengisi : ia telah berbelanja sepanjang hari
Kalimat tes : ia berpikir benda-benda tersebut terlalu berat untuk dibawa

Kalimat pertama pada paragraph tersebut menggambarkan latar dan kemudian diikuti oleh satu dari dua kalimat penting. Beberapa subjek membaca bahwa Warren mengemasi tasnya (kondisi terasosiasi) dan subjek lainnya membaca bahwa Warren meletakkan tasnya (kondisi tidak terkait). KAlimat pengisi hanya mengacu pada Warren, tetapi kalimat tes mengandung kata ganti (it) yang mengacu kepada tas.
Glenberg dan koleganya berpendapat bahwa pembaca mengonstruksikan model mental Mengenai situasi yang digambarkan di dalam tulisan yang tetap mempertahankan informasi mengenai tokoh utama. Definisi model mental adalah representasi pikiran seseorang terhadap suatu situasi. Model mental melibatkan objek-objek yang memiliki asosiasi dengan tokoh utama secara terpisah. Contoh, gambaran mental tentang Warren yang membawa tasnya. Jika tulisan terus-menerus mengarah pada orang ini, maka objek-objek yang memiliki kaitan dengan orang tersebut juga akan tetap aktif dalam kerja memori, bahkan jika objek-objek tersebut tidak disadari. Para subjek selanjutnya menjadi lebih cepat dalam menginterpretasikan kalimat tes ketika “tas” secara terpisah diasosiasikan dengan Warren daripada bila “tas” dipisahkan dari Warren.
Pengujian terhadap perbedaan individual dalam memperbaharui model mentalnya terhadap suatu situasi (Radvansky & Copeland, 2001). Salah satu hipotesisnya adalah pembaca yang memiliki kapasitas kerja memori yang lebih luas akan lebih berhasil dalam memperbarui model mental yang mereka miliki daripada para pelajar yang memiliki kapasitas kerja memori yang lebih kecil. Pesan moralnya adalah beberapa aspek dari pemahaman tidak membutuhkan banyak kapasitas, sedangkan aspek lainnya seperti memecahkn ambiguitas, merupakan hal yang membuthkan lebih banyak usaha bagi para pembaca dengan kapasitas yang lebih rendah.
Penentu ketiga terhadap tingkat kesulitan pemahaman adalah apakah ide-ide dapat dihubungkan secara langsung satu sama lainnya atau harus dihubungkan dengan membuat inferensi (Haviland & Clark, 1974). Perbedaan tsb dapat diilustrasika sebagai berikut :
  1. Ed diberi seekor alligator pada di hari ulang tahunnya. Alligator tersebut merupakan hadiah kesukaannya.
  2. Ed diberi benda di hari ulang tahunnya. Alligator tersebut merupakan hadiah kesukaannya.
Kalimat pertama menyajikan konten yang sesuai untuk kalimat kedua., tetapi kasus pertama membuat jelas bahwa Ed menerima seekor alligator di hari ulang tahunnya. Kalimat kedua membutuhkan inferensi bahwa salah satu benda yang diterima Ed adalah seekor alligator. Kesimpulan dari eksperimen HAviland dan Clark adalah sejumlah variable mempengaruhi pemahaman sesuai dengan hasil penelitian ini. Semua variable merefleksikan seberapa mudahnya untuk mengintegrasikan apa yang sedng dibaca seseorang dengan apa yang sudah pernah dibaca oleh seseorang.
2.7 MODEL PEMAHAMAN DARI KINTSCH
Pemrosesan asumsi-asumsi
Terdapat dua input(masukan) dalam model yang dikembangkan oleh Kintsch, yaitu pembaca dan tulisan yang keduanya merupakan hal yang penting dalam melakukan pemahaman. Tulisan akan disajikan dalam model melalui proposisis-proposisi. Proposisi tersebut membagi tulisan kedalam unit-unit yang memiliki makna, yang kemudian disusun dalam suatu jaringan yang sama dengan jaringan semantik yang dbaha pada bab 9. Karakteristik umum model tersebut dapat diilustrasika dalam contoh berikut :
Suku Swazi pernah berperang dengan suku tetangganya karena memperebutkan sapi. Di antara para pejuang terdapat dua orang laki-laki yang tidak menikah, yaitu Kakra dan adik laki-lakinya yang paling kecil Gum. Kakra terbunuh dalam peperangan tersebut.
Proposisi “pernah berperang dengan” merupakan proposisi yang paling penting dan proposisi lainnya bergabung dengannya. Ketika memori jangka panjang kapasitasnya terbatas, hanya beberapa proposisi yang dapat tetap dipertahankan untuk aktif.
Reinstatement Search adalah salah satu factor yang membuat suatu tulisan menjadi sulit dibaca. Jika informasi dalam tulisan tersbut dapat dikaitkan dengan ide-ide yang masih aktif dalam memori jangka pendek, maka pemahaman akan menjadi lebih mudah daripada jika pembaca harus mencari lebih dahulu dalam memori jangka panjang untuk menempatkan kembali informasi lama ke dalam memori jangka pendek, sehingga informasi tersebut dapat diintegrasikan dengan informasi baru. Reinstatement search gagal untuk contoh diatas karena tidak ada konsep yang biasa untuk dua kalimat pertama. Model tsb selanjutnya harus membangun sebuah jaringan baru ketimbang menambahnya ke dalam jaringan lama. Hal ini juga membuat sebuah inferensi pada titik ini untuk menghubungkan dua jaringan, inferensinya adalah bahwa pejuang-pejuang yang disebutkan pada kalimat kedua adalah anggota suku Swazi. Model Kintsch memberikan asumsi bahwa inferensi, seperti halnya reinstatement search, memperlambat pembaca dan menjadikan pemahaman menjadi lebih sulit. Kalimat ketiga “Kakra terbunuh di peperangan,” mudah dikaitkan dengan informasi sebelumnya karena informasi tentang Kakra masih terdapat dalam memori jangka pendek. Informasi baru selanjutnya dapat ditambahkan secara langsung ke dalam jaringan tanpa harus mencari kedalam memori jangka panjang atau tanpa harus membuat inferensi.
Model konstruksi-integrasi
Kintsch (1988,1998) lebih jauh lagi mengembangkan teorinya dengan mengajukan bahwa pemahaman suatu tulisan terjadi dalam dua tahap sebuah tahap pengonstruksian dan sebuah 5ahap pengintegrasian. sepanjang tahap pengonstruksian, kata-kata dalam tulisan digunakan untuk mengonstruk proposisi yang mengaktifkan kata-kata lainnya dan proposisi dalam memori jangka panjang selama perluasan pengaktifan. Aktivasi dari maksud ini digunakan untuk memahami kalimat-kalimat dengan memilih arti yang sesuai selama fase integrasi. Aktivasi yang di ajukan dari banyak interpretasi diikuti dengan pemilihan satu kata yang pal8ng sesuai dan sejalan dengan penelitian yang telah dibahas di bab sebelumnya (swinney,1979;Budiu &Anderson,2004).
Fase integrasi menghasilkan serangkaian makna kalimat dari semua kata atau proposisi yang diaktivasi. Banyak dari banyak dari kata ataupun proposisi ini tidak tepat karena tidak sesuai dengan konteksnya. Tidak ada proposisi lain dalam kalimat tersebut yang mengindikasikan proposisi tersebut menggambarkan mardigrasatu koboi, sehingga maknanya diabaikan untuk memberi tempat pada makna yang lebih tepat. Konteks kalimat juga digunakan untuk menghilangkan makna yang tidak sesuai dari kata-kata ambigu (seperti bank). Penelitian terbaru berdasarkan tugas keputusan leksikal dari swinney (1979) mengindikasikan bahwa setidaknya membutuhkan waktu yang lebih lama (setidaknya 750 msec sampai akhir kalimat) untuk mengidentifikasikan suatu tema harus didahului dengan menentukan makna dari semua kata yang ada dalam kalimat tersebut.
Model konstruksi-integrasi menunjukkan bahwa pemahaman tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi terjadi sepanjang waktu. Merupakan contoh yang bagus mengenai perbedaan antara proses Bottom-up dan top-down yang pernah diperkenalkan pada awal buku ini. Fase pengonstruksian mengilustrasikan proses Bottom-up ( kintsh,2005). Kata-kata pada tulisan tersebut mengaktifkan makna yang saling terkait tanpa melihat konteksnya. Fase integrasi mengilustrasikan proses top-down. Sekarang, konteks digunakan untuk menentukan kesesuaian atau ketepatan makna suatu kata (long&lea,2005).
Menggabungkan pengetahuan awal
Memfokuskan pada peranan yang dimainkan pengetahuan awal dalam mengambil pelajaran dari suatu tulisan. Penekanan kami sejauh ini adalah dalam mempresentasikan hubungan semantik dalam suatu tulisan sepanjang proses pengintegrasian beberapa proposisi dalam sebuah jaringan semantik. Akan tetapi, masih terdapat hal yang lain, yaitu tingkatan pemahaman paling dalam yang disebut sebagai model situasi (situation model) oleh kintsh.
Tingkat pemahaman yang lebih dalam yang digambarkan melalui model situasi dapat juga digambarkan dalam jaringan semantik yang pernah kita bahas sebelumnya. Dalam kasus ini, model jaringan semantik dapat berisi beberapa proposisi yang diturunkan dari tulisan ataupun dari pengetahuan awal pembaca. Proposisi-proposisi yang berkaitan dengan cacat “septal”, warna darah, dan dampak karbondioksida datang dari tulisan, tetapi proposisi-proposisi lainnya seperti percampuran darah berantung pada inferensi berdasarkan pengetahuan awal.
Britton dan gulgoz menggunakan ukuran kemampuan baca yang sama seperti yang digunakan oleh kintsch dan menemukan bahwa tulisan yang telah mereka revisi mendapatkan skor kemampuan baca yang lebih tinggi daripada tulisan aslinya. Orang yang membaca versi aslinya mengemukakkan kembali 3.44 proposisi per menitnya saat membaca dan orang-orang yang membaca tulisan revisinya mengemukakan kembali 5.34 proposisi per menit saat membaca. Hasil penyelidikan tersebut memberikan anggapan bahwa penulis biasanya tidak memasukkan materi-materi tambahan ini karena luasnya pengetahuan mereka tentang pokok bahasan tersebut menjadikan inferensi mudah untuk dilakukan.
Walau bagaimanapun, oleh karena itu, suatu pembatasan menarik atas pernyataan tersebut adalah bahwa tulisan yang bagus tidak memerlukan inferensi apapun. Kintsh (1994) menjelaskan sebuah studi dimana para peneliti menulis kembali tulisan tentang gagal ginjal dengan  menambahkan penjelasan dan rincian pada tingkat lokal dan global. Sebagaimana yang ditemukan oleh britton dan gulzon (1991) bahwa orang-orang yany membaca tulisan yang telah di Revisi mengemukakan kembali lebih banyak proposisi daripada mereka yang membaca tulisan aslinya. Walau bagaimanapun, untuk pertanyaan-pertanyaan problem solving, performa berinteraksi dengan pengetahuan pembaca. Pembaca dengan sedikit pengetahuan mengerjakan tulisan yang terperinci dengan lebih baik terhadap tulisan asli (D.s.McNamara, Kintsh,Songer, &Kintsch, 1996).
Memprediksi kemampuan membaca
Salah satu aspek yang menarik perhatian dari model kinstch adalah bahwa sudahlah cukup sempurna untuk memperbolehkan adanya prediksi terhadap mudahnya membaca tulisan yang berbeda-beda. Memprediksikan kemampuan membaca merupakan penerapan masalah yang penting. Para pengembang materi pendidikan ingin meyakinkan bahwa materi-materi mereka dapat dipahami oleh para pelajar yang membacanya. Profesor pertama saya pernah menulis sebuah bab themind, sebuah buku dari serangkaian buku time-life, meskipun dia seorang penulis yang bagus dan familier dengan topiknya, namun ia tidak memiliki pengalaman dalam menulis materi untuk pelajar SMU-tingkat membaca yang dipilih untuk seri tersebut.
Teori yang dikembangkan oleh kintsch telah memberikan kontribusi untuk melengkapi banyak keterbatasan tersebut dengan menyajikan sejumlah cara bagaimana kemampuan pembaca memproses informasi berinteraksi dengan pengorganisasian tulisan.
 Kesimpulannya, hasil tersebut menunjukkan bahwa sebuah teori pemahaman dapat member8kan kontribusi dalam memprediksikan kemampuan membaca. Ukuran teoretisnya-yaitu jumlah statementsearch dan jumlah inferensi-ditentukan oleh seberapa baik ide-ide yang ada dalam tulisan berkaitan dengan ide-ide lainnya dalam tulisan tersebut. Ukuran ini tidak terdapat dalam pengukuran kemampuan membaca yang tradisional. Sebagaimana telah dinyatakan di muka, interaksi antara dua bidang psikologi dan pendidikan sangat tampak jelas pada permulaan abad ini, tetapi mulai menghilang seiring datangnya suatu masa di mana para psikolog mulai mengkaji matri-materi yang sederhana dan muncul di permukaan saja. Jumlah aktivitas penelitian saat ini dalam beberapa kemampuan kompleks seperti pemahaman menyarankan bahwa interaksi di antara dua bidang tersebut semakin meningkat.

























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya pengetahuan awal merupakan suatu bukti ketika seseorang harus memahami ide yang sangat abstrak.konteks yang sarat makna meningkatkan recall jika konteks tersebut diberikan sebelum orang-orang membaca materi-materi yang abstrak.merupakan hal yang penting untuk meningkatkan  pemahaman untuk meningkatkan pemanggilan ulang (recall).Pemanggilan ulang terhadap ide-ide konkret dapat meningkat dengan penyajian konteks setelah orang membaca tulisan tersebut jika konteks tersebut menyebabkan perubahan perspektif.
Pemahaman tidak hanya ditentukan oleh apa yang sudah diketahui tapi juga oleh pengorganisasian ide-ide dalam tulisan tersebut.Pemahaman menjadi hal sangat mudah apabila ide-ide dapat dikaitkan dengan ide-ide yang masih terdapat dalam memori jangka pendek.jika tidak ada hubungan yang dapat ditemukan,maka pembaca dapat melihat pada memori jangkan panjang untuk dapat menemukan hubungannya.jika tidak ada hubungan yang ditemukan,maka materi baru harus disimpan secara terpisah daripada diintegrasikan dengan memori yang lama.


3.2 Daftar Pustaka

      K.Reed, S. (2007). Cognition Theory and Applications. USA: Vicki Knight.